Anakku memang bandel. Sekarang dia kembali menjerit-jerit dibelakang. Sepertinya orang itu lagi-lagi membuat anakku si Bandel, menangis. Kadang ketika jam makan tiba, dan si Bandel kembali dikunci dibelakang, maka aku harus memohon-mohon padanya untuk dibukakan pintu sialan itu supaya si Bandel dapat makan. Anakku memang sedang nakal-nakalnya. Kemarin saja dia menjatuhkan piring kaca kesayangan orang itu dari atas meja makan, dan pastinya membuat dia murka. Kemarinnya lagi semua handuk diatas jemuran besi itu jatuh kelantai dan kotor, juga karena si Bandel. Padahal sudah ku bilang berkali-kali padanya untuk tidak membuat kekacauan dirumah ini, tapi anakku yang Bengal itu tak mau mengerti. Sudah ku ajarinya pula segala kebisaanku padanya, dan aku bersyukur kali ini anakku menurut padaku. Pernah satu kali anakku bertanya padaku, “Mak, orang itu benci ya, padaku? Orang itu tidak suka aku disini?” lalu aku menjawab, “ emak yakin dia tidak benci padamu nak, buktinya kamu masih disisi emak sampai sekarang, tidak seperti nasib kakak-kakakmu terdahulu, Entah dimana mereka sekarang, Emak kangen” Mataku menerawang nanar. Tapi si bandel malah pergi mengejar capung, “Mak, ada capung, aku mau tanggap dulu ya..” Secepat kilat Bandel berlari, menabrak pot Sri Rejeki, untung tak pecah.
Orang itu sebenarnya baik. Semua keinginku terturuti olehnya. Seringkali dia juga membuat makanan kesukaanku, dan kadang dia menggodaku. Tapi kadang juga dia membentakku, mendorong tubuhku dengan kaki besarnya. Memang tak ditendangnya aku, tapi tetap saja tubuh kecil ini terhuyung.
Rengekan si Bandel bertambah gaduh, kali ini sambil memukul-mukul pintu. Orang itu ku lihat sedang makan di meja. Namun sekejap dia bangkit entah bergumam apa, lalu membuka pinta dimana si Bandel terkurung dibelakangnya. Aku mengikutinya dari belakang, tepat ketika pintu itu dibuka, Si Bandel melompat menubruk aku. “Emakkk, lagi-lagi aku dikurung dibelakang, aku takuttt” Bandel merengek manja padaku, “Pasti kamu berbuat nakal lagi, sampai orang itu mengurungmu kembali ya?” Tanyaku pada si Bandel anakku.
“errr, aku tadi menarik-narik kain besar dijendela, mak. Dan orang itu tiba-tiba muncul dan menyergapku. Dilemparnya aku kebelakang dan ditutupnya pintu besar itu” Aku Cuma geleng-geleng kepala mendengar ceritanya. Lalu kamipun bercengkrama.
Kemudian, kulihat orang itu berjongkok, menatap kami dan menjewer kuping si Bandel, “Kucing Nakal!, nanti kalo kamu cakar-cakar gorden lagi, aku taro lagi kamu dibelakang ya!”
*for my lovely-Rascal-kitten, jangan bandel ahh!*
No comments:
Post a Comment