[ThaiTrip] memulai perjalanan dengan.......telat?!!@!*#$

Telat atau terlambat bahkan tertinggal pesawat pada saat traveling adalah momok yang masih sangat-sangat saya takutin. Bukannya apa-apa, terlambat mengejar pesawat selain bisa memporak-porandakan itinerary yang sudah rapi jali tersusun, mau tidak mau demi ketidak sia-siaan kita dengan segala macam kegiatan yang sudah diatur dan di booking (untuk akomodasi) kita jadi merogoh kocek lebih dalam untuk menyelamatkan apa yang tersisa.

Jadi, ketika salah satu teman traveling saya belum juga menampakan kibaran jilbabnya ketika waktu sudah sekitar 20 menit menuju closing gate, seketika dada ini kebat kebit dan serangan panikpun dimulai. 

Awal mula rencana traveling ke Thailand ini di gagas oleh tiga orang perempuan, yang kemudian mengajak saya untuk ikut serta. Karena mbak yang satu ini orangnya murahan sekali kalo soal jalan-jalan (tunjuk diri sendiri) maka ikutlah saya sebagai the last person who jump in to the boat. Satu minggu sebelum keberangkatan, salah satu dari kami mengundurkan diri karena alasan kesehatan, maka tinggalah kami bertiga. Akomodasi yang sudah di pesan jauh haripun terpaksa dibongkar ulang dan disesuaikan. 

Terminal Soeta, 5 Oktober 2012.
Hari H pun datang. Sangat estitit (baca: excited)  seperti biasa kalo mau traveling. Sengaja memang pilih penerbangan menjelang sore, biar ga terburu-buru apalagi sampe terlambat. Singkat cerita, saya dan seorang teman saya sudah tiba di Terminal 3 Soekarno-Hatta sekitar 1 jam 30 menit sebelum boarding. Kita sempat makan dahulu dan ngobrol ngalur ngidur. Menjelang boarding, kita baru sadar salah satu teman kita kok ya ga dateng-dateng. Ternyata dia masih di Jalan...........*hening narik napas
Akhirnya kita check in duluan dan men-check-in kan teman kita yang masih di jalan itu dengan harapan dia bisa langsung ngacir ke lantai 2 imigrasi dan lari ke gate. 
Tapi manusia boleh ngerencanain apa aja sampe dia pikir udah zero error, toh Tuhan juga yang pada akhirnya nentuin...Teman kita itu terlambat hanya 10 menit dari pesawat kita lepas landas. hufff....nasib.

Akhirnya dia menyusul dengan pesawat Garuda ke-esokan harinya. Dan merogoh kocek sangat dalam untuk  unfortunate event ini *insert puk-puk temen mode on

Sementara itu......


DongMueang Airport, Bangkok. Kami tiba ke Airport lama kota Bangkok. Airport yang baru 5 hari difungsikan kembali untuk semua penerbangan AirAsia. Sedikit kesal sama kebijakan AirAsia. Pertama karena belum ada MRT seperti yang di Suvarnabumi Airport, sehingga kita akhirnya menggunakan taksi untuk mencapai penginapan kita di sekitar Khaosan Road. Kedua Airportnya kalah keren di banding Survarnabumi (hehehe...) 

koridor dari gate pesawat menuju imigrasi

Travelator seperti di JCC tunnel yang ada di Dongmueang Airport

Antrian Imigrasi di Dongmueang Airport, BKK

Imigrasi berjalanan lancar ketika kami tiba. Sayang kami harus ngantri cukup lama demi sebuah taksi. Semua orang malam itu sepertinya traveler dan hendak bertaksi juga. Maklum, jarum jam sudah menunjukan jam setengah sepuluh malam. Setelah mengantri cukup lama, maka tibalah giliran kami. Taksi warna pink centil segera menghampiri sesuai dengan pengaturan dari loket taksi terpadu di ujung antrian. Kami harus membayar 50 Baht (sekitar 15 ribu rupiah) untuk Airport surcharge diluar argo meter taksi. Bayarnya langsung dengan supir taksi itu. Kendala pertama: begitu kami masuk taksi, sang supir masih belum paham dimana penginapan kami berada. Lalu saya sodorkan peta yang saya print dari situs hostel kami, tapi ternyata lampu di dalam mobil tidak menyala.....*tarik napas *hening sesaat...

Akhirnya kami minggir sejenak untuk membaca peta bersama-sama. Dan, sang supirnya tidak bisa bahasa inggris, kami....tentu tidak ada waktu belajar bahasa thai, sodara-sodara sebangsa setanah air. Akhirnya, sang supir taksi merogoh tempat koinnya dan menemukan senter, membaca peta sebentar, lalu ia mengangguk-angguk tralalala....dia pun paham, kami pun lega. 

Petualangan di Bangkok di mulai.

Tiba di kawasan Khaosan Road, tepatnya di Chakrapong Street, argo taksi tercatat 205 Baht di tambah 50 Baht Airport surcharge, total 255 Baht dari Dongmueang ke Chakrapong Street dimana kami menginap. Rambuttri Village inn and Plaza ternyata terletak di sebuah jalan yang ramai dipenuhi wisatawan asing, terutama bule-bule yang lalu lalang serasa di Legian. Kanan kiri jalan menuju ke sananya adalah cafe-cafe yang bangkunya hingga ke jalan-jalan. Rata-rata menawarkan beer dan live music. Ternyata Chakrapong St. adalah kawasan wisatawan asing *geleng-geleng kepala takjub. 

Untungnya Rambuttri ini letaknya agak nyempil ke pojok tapi besar. Sehingga ingar-bingar musik dan dengungan orang-orang ngobrol ga sampai ke kamar kami. Penginapannya luas dengan banyak kamar. Sepertinya bukan tipe youth hostel sih, karena tidak tersedia kamar jenis dormitori. Harganya masih tergolong murah tapi kita masih tetap dapat privasi. 1 malam menginap disini adalah 880 Baht (sekitar 270.000 IDR) karena kami bertiga, maka untuk 2 malam kami masing-masing mengeluarkan biaya sekitar 180.000 IDR. 
Per-empatan Chakrapong Road, ada baliho besar Rambutrri  Inn
sebagai penunjuk arah
Minum bapaknya Yakult

Front desk at Rambuttri Village Inn. Staffnya ramah-ramah ^^

Penampakan Rambutrri Village Inn dari luar, gede kan ?

Special Note untuk Rambutrri Village Inn: 
Kalo saya dan temen-temen sih cukup merekomendasikan penginapan ini, dengan catatan kalo ingin ngerasaain kawasan Khaosan Road yang ramainya mirip-mirip percampuran antara Legian dan Malioboro kalo malem. Kalau engga suka keramaian atau bawa balita, Rambutrri Village Inn memang ga cocok. Tempatnya bersih, kamarnya juga ga sempit-sempit amat, ada TV dan shower air hangat plus extra handuk. Ada deposit Guarantee sebesar 1000 Baht yg akan dikembalikan pas kita check out. 

Ini adalah penginapan pertama kami di Thailand. Masih ada 2 penginapan lagi di Pattaya dan di Sukhumvit yang menanti kami tiduri.
Berhubung kami tiba Jumat malam dan menuju weekend, kawasan Chakrapong amat sangat ramai. Kayanya semua wisatawan asing yang menginap disekitar situ tumplek plek jadi jadi satu di cafe-cafe slash bar itu. Tiap cafe berlomba-lomba dengan sajian live musicnya masing-masing. Karena kami kelaparan, akhirnya kami nongkrong di gerobak 'Pad Thai'.

taken from this site
  
Makanan yang menurut kami 'aman' untuk di konsumsi. Pad Thai itu seperti sejenis mie di campur kwetiau dan di goreng dengan bumbu serta telor plus kecambah dan macem-macem lagi isinya. satu porsi harganya 30 Baht (sekitar 9,500 IDR). Puas keliling-keliling, kami kembali ke penginapan. Besok kami ke Weekend Market Chatuchak dan ke Suvarnabumi Airport untuk menjemput teman kami yang tertinggal pesawat kemarin. 


    

6 comments:

Debbzie Leksono said...

Waduhhhh jadi ikut tegang baca ceritanya. Saya juga paling takut telat kalo pas traveling. Jadi mending berangkat lebih awal daripada harus lari2. Stress banget T.T

Tatz Sutrisno said...

@Debbz
Beneran, saya panik sampe lari2 ke gate, padahal belum disuruh naik hahaha

FIKi said...

sempet ngira yg ketinggalan itu si vita :p seru nih bacanya...yuk yuk lanjutannya mana nih tatz? *pembaca banyak maunyah* :D

Tatz Sutrisno said...

@FIKi hahaha...thanks ya fik udah baca. ini lagi mau lanjutin lagi nih hari ke duanya ^^

Vita said...

awesome story, apalagi foto gw yang exist dipajang juga...hahahhah

Anonymous said...

Jalan2 di thailand tuh brasa kaya rayaaaa :))